Rumah Bahasa kembali menggelar kelas BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) setelah empat tahun vakum, dengan peserta tunggal yakni Ali (30) pada Sabtu (8/3). Pria asal Lahore, Pakistan tersebut merupakan mahasiswa pascasarjana S3 Psikologi di Universitas Airlangga Surabaya yang tengah menempuh semester enam. Dia mengaku bahwa saat ini tengah berusaha merampungkan disertasinya.
Tinggal selama lima tahun di Indonesia, membuat Ali fasih berbahasa Indonesia. Hal ini terbukti dengan kecakapannya saat menjawab pertanayaan yang diajukan. Dia bisa menjawab pertanyaan dengan lancar dan hampir tanpa aksen asing saat menjawab pertanyaan.
Ali bercerita bahwa hal yang membuatnya mengikuti kelas BIPA meskipun sudah lama tinggal di Indonesia adalah kritik dari dosen pembimbingnya.
"Bahasa Indonesia kamu masih kaku," ujar Ali menirukan ucapan dosennya.
Oleh sebab itu, Ali yang mulanya hanya belajar bahasa Indonesia untuk formalitas saja merambah hingga _slang word_ atau bahasa gaul di Indonesia.
"Saya terpaksa sebenarnya, tapi dosen saya bilang, Ali kamu tinggal di Indonesia harus bisa bahasa Indonesia. Awalnya bahasa Indonesia itu sulit sekali, tapi sekarang saya merasa bangga bisa bahasa Indonesia karena bisa membantu teman-teman yang belum bisa bahasa Indonesia," tambah Ali.
Menurut Ali kelas bahasa Indonesia di Rumah Bahasa menyenangkan karena bisa bertemu dengan teman-teman baru. Dia mengaku bahwa kelas BIPA di Rumah Bahasa membantunya menambah kosakata baru dalam belajar Bahasa Indonesia seperti gotong royong, gawai, dan sebatang kara.
Semoga nantinya kelas BIPA ini dapat membantu mahasiswa asing lainnya untuk belajar bahasa Indonesia dengan suasana yang menyenangkan.
Kelas BIPA di Rumah Bahasa Surabaya
Rumah Bahasa kembali menggelar kelas BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) setelah empat tahun vakum, dengan peserta tunggal yakni Ali (30) pada Sabtu (8/3). Pria asal Lahore, Pakistan tersebut merupakan mahasiswa pascasarjana S3 Psikologi di Universitas Airlangga Surabaya yang tengah menempuh semester enam. Dia mengaku bahwa saat ini tengah berusaha merampungkan disertasinya.
Tinggal selama lima tahun di Indonesia, membuat Ali fasih berbahasa Indonesia. Hal ini terbukti dengan kecakapannya saat menjawab pertanayaan yang diajukan. Dia bisa menjawab pertanyaan dengan lancar dan hampir tanpa aksen asing saat menjawab pertanyaan.
Ali bercerita bahwa hal yang membuatnya mengikuti kelas BIPA meskipun sudah lama tinggal di Indonesia adalah kritik dari dosen pembimbingnya.
"Bahasa Indonesia kamu masih kaku," ujar Ali menirukan ucapan dosennya.
Oleh sebab itu, Ali yang mulanya hanya belajar bahasa Indonesia untuk formalitas saja merambah hingga slang word atau bahasa gaul di Indonesia.
"Saya terpaksa sebenarnya, tapi dosen saya bilang, Ali kamu tinggal di Indonesia harus bisa bahasa Indonesia. Awalnya bahasa Indonesia itu sulit sekali, tapi sekarang saya merasa bangga bisa bahasa Indonesia karena bisa membantu teman-teman yang belum bisa bahasa Indonesia," tambah Ali.
Menurut Ali kelas bahasa Indonesia di Rumah Bahasa menyenangkan karena bisa bertemu dengan teman-teman baru. Dia mengaku bahwa kelas BIPA membantunya menambah kosakata baru dalam belajar Bahasa Indonesia seperti gotong royong, gawai, dan sebatang kara. Semoga nantinya kelas BIPA ini dapat membantu mahasiswa asing lainnya untuk belajar bahasa Indonesia dengan suasana yang menyenangkan.